Laju pertumbuhan penduduk dan ekonomi di dunia tidak hanya menyebabkan kenaikan terhadap kebutuhan air bersih tetapi juga telah mengancam ketersediaan jumlah air bersih. Kelangkaan air bersih dapat dilihat dari dua sisi yaitu kuantitas dan kualitas. Buruknya manajemen sumber air bersih juga telah mengakibatkan kelangkaan air bersih dimana kebutuhan air bersih lebih besar daripada suplainya (kuantitas). Di negara-negara berkembang, kesadaran masyarakat untuk memelihara kualitas sumber air bersih yang masih rendah semakin memperburuk kelangkaan air bersih. Karena sumber air yang berlimpah namun buruk kualitasnya tidak akan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan vital manusia, misalnya untuk minum. Kelangkaan air bersih di beberapa negara di dunia, khususnya di negara-negara maju dapat ditekan dengan menerapkan konsep konservasi air (water conservation). Konsep ini menekankan pada bagaimana memelihara kualitas sumber air bersih, mengurangi kebutuhan air yang berlebihan, dan penggunaan air bersih secara efisien. Kelangkaan air bersih tidak hanya terjadi di daerah-daerah yang minim sumber air (arid dan semi-arid) tetapi juga terjadi di wilayah dengan curah hujan yang tinggi misalnya di situs Kota Lama Semarang.
Situs Kota Lama telah mengalami kelangkaan sumber air bersih selama bertahun-tahun. Namun hal ini secara umum belum disadari oleh masyarakat dan pemerintah lokal. Rencana pemerintah Kota Semarang untuk memasukkan situs Kota Lama ke dalam daftar UNESCO World Heritage menyebabkan pemerintah kota memulai revitalisasi situs Kota Lama pada tahun 2016. Program revitalisasi ini telah menarik jutaan pengunjung, sehingga kegiatan ekonomi di situs Kota Lama juga meningkat sebanyak 23%. Pertumbuhan ekonomi dapat mengakibatkan naiknya tingkat kelangkaan air bersih jika pemerintah kota tidak menghiraukan masalah kelangkaan ini. Walaupun kelangkaan air merupakan isu yang sangat mendesak, namun penelitian terkait konservasi air di situs Kota Lama masih sangat terbatas. Penelitian terkait konservasi air ini sangat perlu dilakukan karena walaupun isu penerapan dan manajemen konservasi air merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah kota, namun pada kenyataannya isu ini berpotensi besar malah bergeser menjadi masalah individu dan kelompok (komunitas).
Beberapa hasil dari penelitian mengenai konservasi air terkait karakteristik kelangkaan air adalah: (1) defisit suplai (sekitar -23 juta L/thn) dari PDAM dengan kualitas yang masih belum memenuhi kualitas standar air minum, (2) defisit suplai air tanah (sekitar -255 juta L/thn) pada bagian air tanah tertekan (confined), (3) kelebihan suplai (sekitar 188 juta L/thn) dari air tanah tak tertekan (unconfined) yang tidak bisa digunakan akibat buruknya kualitas, (4) air hujan yang belum dapat dimanfaatkan (sekitar 2000 mm/thn), (5) ketidakjelasan konten regulasi terkait sumber daya air, (6) lemahnya penegakan hukum dan peraturan terkait sumber daya air, dan (7) kurangnya kesadaran konsumen air (rumah tangga/domestik, komersial, kantor, dan fasilitas umum) terkait penggunaan air yang efisien. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, disimpulkan bahwa: (1) penegakan hukum dan peraturan yang kuat, (2) menjalankan program-program peningkatan kesadaran konsumen terkait penggunaan air yang efisien, (3) memperkuat kapasitas kelembagaan (institutional) dan komunitas, (4) alokasi dana untuk implementasi konservasi air secara teknis dan non-teknis, (5) peningkatan kualitas sumber daya air, dan (6) menurunkan pembuangan air yang sia-sia, sangat perlu diterapkan di situs Kota Lama.
Terakhir, penadahan air hujan dan insentif pendidikan terkait pentingnya air merupakan dua tindakan konservasi air yang paling mungkin diterapkan di situs Kota Lama. Dengan menerapkan kedua tindakan konservasi air tersebut, maka: (1) surplus air hujan per tahun dapat disimpan kemudian digunakan untuk menekan kebutuhan dari PDAM dan air tanah dan (2) kurangnya pemahaman tentang praktek penggunaan air yang efisien baik oleh residen lokal maupun pengunjung dapat diatasi.
Oleh Putri Handayani
(https://studenttheses.uu.nl/handle/20.500.12932/37038)